Upaya Pengembangan Batik sebagai salah satu Produk Unggulan di Dusun Tirta Mulya

Upaya Pengembangan Batik sebagai salah satu Produk Unggulan di Dusun Tirta Mulya

Oleh : ACEP SOPANDI

PD-P Kecamatan Pelepat Ilir

Bagi sebahagian besar masyarakat Indonesia ketika mendengar kata “Batik” bukanlah hal yang asing. Batik saat ini sudah mendarah daging dan bahkan adalah jiwa bagi sebahagian orang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi “Batik” adalah kain bergambar yang pembuatannya secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu.

Dusun (sebutan Desa di kabupaten Bungo berdasarkan asal usul) Tirta Mulya adalah salah satu desa yang berada di kecamatan Pelepat Ilir kabupaten Bungo provinsi Jambi. Dusun ini memiliki luas wilayah 35,98 Km2 atau setara dengan 8,51% dari total luas wilayah kecamatan Pelepat Ilir. Berjarak 47 Km dari Ibukota kabupaten dan 17 Km dari Ibukota kecamatan. Wilayah administrasi Dusun Tirta Mulya terbagi menjadi 4 kampung dan 15 RT (BPS Bungo : Kecamatan Pelepat Ilir Dalam Angka 2017). Jumlah penduduk di Tirta Mulya sebanyak 3013 jiwa (1558 jiwa laki-laki dan 1455 perempuan) dan jumlah KK sebanyak 806 (IDM Tirta Mulya 2017).

Terdapat beberapa potensi yang sedang dan akan dikembangkan untuk menjadi produk unggulan di Dusun Tirta Mulya. Batik, adalah salah satu produk unggulan desa yang saat ini sedang dikembangkan. Tentu saja dalam prosesnya tidak terlepas dari dukungan SDM Tirta Mulya yang kreatif untuk menjamin keberlanjutannya. Diawali pada tahun 2016, yang saat itu desa menerima pendapatan transfer dari APBN (Dana Desa / DD) kali kedua, Tirta Mulya mengalokasikan anggaran pelatihan membatik yang diselenggarakan bersama di salah satu dusun yang juga berada dalam kabupetan Bungo. Namun hasil tersebut dirasa belum maksimal, sehingga perlu tambahan ilmu bagi kelompok sasaran yang akan mengembangkan batik di Tirta Mulya. Di tahun 2017, dusun Tirta Mulya kembali mengalokasikan kegiatan pelatihan melalui DD dengan cara mendatangkan sendiri tenaga ahli dari Kota Solo. Setelah pelatihan kedua inilah peserta pelatihan mendapatkan keterampilan yang cukup sehingga dapat diaplikasikan.

Saat wawancara dengan Rio / Kepala Desa Tirta Mulya di Rumah Batik (sementara)

Varian motif batik yang saat ini dikembangkan di dusun Tirta Mulya dan Pembangunan Sanggar Batik

 

Untuk pemasarannya sendiri saat ini masih bersifat lokal yang dikelola oleh Badan Usaha Milik Desa / Dusun, namun demikian produksi yang ada belum sepenuhnya dapat memenuhi permintaan pasar sehingga menuntut pemerintah desa dan masyarakat (terutama pengrajin) untuk secara bersama-sama bekerja keras memenuhi permintaan tersebut. Motif batik “Bungo Setaman” yang dikembangkan pengrajin ternyata sangat diminati para pembeli disamping paduan warna yang harmoni juga turut mempengaruhi.

Sebagai komitmen pemerintah dusun terhadap pengembangan batik yang akan dijadikan salah satu produk unggulan desa,  saat ini (tahun 2018) melalui kegiatan pembangunan yang bersumber dari Dana Desa, Tirta Mulya membangun Sanggar Batik permanen tepat dibelakang Kantor Dusun, turut juga dalam pembiayaan disertakan penyertaan modal untuk BUM Desa yang penggunaannya khusus untuk operasional pengembangan batik.

Berdasarkan hasil diskusi dengan Rio Tirta Mulya (Bapak Paino) dan senada yang disampaikan salah satu perangkat Dusun (Mas Pojo), dalam rangka memunculkan motif khas dusun dan juga sebagai salah satu upaya strategi pemasaran, akan diselenggarakan kegiatan-kegiatan seperti sayembara / lomba memotif mulai dari tingkat sekolah dasar hingga tingkat SMA / sederajat yang pada akhirnya motif khas dusun dari pemenang lomba tersebut akan dipatenkan.

Sampai berjumpa kembali pada tulisan berikutnya “Potensi Landscape Tirta Mulya untuk Agrowisata”

#ManfaatDanaDesa

SALAM BERDESA

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*